Aku sedang dalam tidur yang lelap ketika aroma
nan lezat mengusik tidurku. Seperti aroma daging panggang dengan bumbu sedapnya…
hmmm? Bumbu apa ini? Kenapa tercium sangat lezat sekali? Aku belum pernah
mencium aroma masakan sesedap ini. Aku mulai perlahan membuka mataku. Udara segar
masuk lewat jendela bulat yang terbuka, semilir angin laut menerpa wajahku,
rambut panjang orenku berkibar. Dan sepertinya, badanku sedikit merasa
kedinginan.
Tunggu dulu! Apa? Aku berhenti sejenak dan
menatap lekat-lekat sekelilingku. Ku yakinkan bahwa aku sedang tidak bermimpi. Aku
yakin di luar jendela itu adalah laut yang sangat luas. Laut? Angin berhembus
kembali menerpa wajahku. Rambut Oren? Aku memegangi rambut panjangku yang
sangat harum dan berwarna oren jeruk, sangat indah… Tapi? Apaaaaaa??????
Rambutku kan warna hitam! Aku spontan berdiri dan terkaget melihat cermin di
sudut kamar. Ku lihat berkali kali Antara cermin dan badanku. Aku… aku…
mengelus-elus wajahku sambil berkenyit heran, kenapa aku terlihat seperti Nami??!!!
Dari wajah, rambut hingga ujung kaki. Nami One Piece yang selama ini ku ikuti
manga maupun animenya. Kenapa bangun tidur aku menjadi Nami? Dan… aku melihat
sekeliling dengan takut-takut. Ternyata ini benar-benar suatu ruangan di dalam kapal,
lebih tepatnya kamar perempuan. Padahal tadi malam aku masih ingat tidur di
dalam kamarku di rumah dengan memakai kaos singlet dan celana pendek serta
selimut. Saat ini aku hanya memakai setelan Bra dan celana jeans Nami. Pantas
saja aku merasa kedinginan. Aku masih tidak paham pada situasi ini. Aku segera
membuka kabinet besar dan lemari-lemari yang ada di ruangan itu, berharap ada
baju yang lebih menghangatkan. Dan wah, ternyata baju Nami banyak juga, tapi
tetap lebih banyak bra-nya. Gyaaa… baju-bajunya sangat seksi-seksi sekali…
akhirnya, kupilih baju di tumpukan paling bawah. Baju putih bergaris biru, baju
saat Nami pertama kali debut dulu. Yaa.. lumayan lebih hangat ketimbang
sebelumnya.
“Sanjieeee…..!!! apa dagingnya sudah bisa ku
makan sekarang???” suara teriakan keras di sertai langkah berlari tak karuan
terdengar dari luar. Aku terkaget sampai terjatuh ke lantai. Aku sangat
mengenal suara itu. Aku menutup mulut, pikiranku mulai menyatu. Tapi aku masih
ragu dengan pikiranku sendiri. Rasa penasaranku membawaku melangkah menuju
pintu. Ku buka perlahan. Dan…. Mataku benar-benar tak berkedip melihat
pemandangan di luar ruangan. Aku sedang berada di dalam kapal laut yang persis
seperti Thousand Sunny. Geladak kapal berumput, ada ayunan dan luncuran, di
atasnya lagi ku lihat ada pohon jeruk milik Nami dan Kasur bunga Robin.
Aku berjalan perlahan keluar. Masih belum ada
orang yang ku lihat. Sempat terpikirkan ini pasti super trap, tapi rasanya
sangat tidak mungkin. Mana mungkin mereka membawaku yang sedang tidur ke
tengah-tengah laut begini? Dan lagipula… siapa yang mau melakukan hal konyol
seperti itu. Aku tiba-tiba tersenyum sendiri. Mataku masih berbinar-binar.
Apakah aku sedang naik thousand sunny yang berada di Jepang itu? Ah, bagaimana
aku bisa sampai Jepang? Pikiranku masih kalang kabut.
“Oi Nami, ngapain bengong begitu?” suara malas
itu! Aku menoleh ke arah datangnya suara. Usop! Si Sogeking dengan santainya
duduk di pinggir dek kapal sambil menguap. Ia menoleh ke arahku lagi dengan
malas. “Ada apa?” tanyanya sambil menatapku bingung. Ah, aku lupa kalau aku ini
kan berwujud Nami. Apakah aku harus bertanya? Atau tetap berpura-pura saja
menjadi Nami? Aku jadi sangat bingung. Apakah aku sedang ada di dunia One Piece
atau bagaimana ini? Usop yang di depanku 100% sangat mirip usop di manga
ataupun anime. Atau dia cosplayer? Tapi untuk apa? Ah, aku tambah bingung.
“Nami, apa kau sedang sakit? Wajahmu sedikit
pucat” tiba-tiba ada sesuatu menyentuh dahiku. Sedikit keras namun terhalang
oleh sesuatu empuk berbulu halus. Aku terkaget melihat seekor hewan bisa
berbicara dan memegangi dahiku. Chopper! Si Rusa berhidung biru itu, dia sedang
dalam mode heavy point. Dia memandangiku heran. Aku masih melotot dengan mulut
terbuka. “Apa aku mengagetkanmu? Maaf aku belum kembali ke wujud asalku karena
habis membantu franky mengangkat kayu di bawah. Aku akan mandi dulu sebelum
makan siang nanti. Dan sepertinya kau baik-baik saja, Nami. Mungkin kau hanya
belum berdandan saja. Hehe” Chopper kemudian berbalik badan dan masuk ke
ruangan di atas. Usop sedang terlihat sibuk mengaitkan umpan di kailnya. Aku
berjalan ke geladak sambil terus memperhatikan sekitar. Ini benar-benar Sunny
Go. Kayunya sangat bagus dan kokoh. Aku masih tak percaya bahwa aku sedang
berada di dunia One Piece. Dan menjadi Nami. Oh ya, aku belum pernah mengatakan
sesuatu apapun. Apakah suaraku juga seperti Nami?
“Bakka…” kataku pelan. Ah, suara itu, suara
Nami. Aku benar-benar seorang Nami. “Kono Yarou… Bakka Yarou… hihi” aku tertawa
sendiri mengucapkannya. Sepetinya lumayan menyenangkan juga.
“Nami, ayo kita ke ruang makan. Sepertinya
sebentar lagi Sanji selesai memasak” Suara wanita nan lembut itu… siapa lagi
kalau bukan.. “Robin Cwaaannnnnnnn~” aku teriak terpesona seperti Sanji di
anime. Aku benar-benar terpesona melihatnya. Ia berdiri dengan cantiknya sambil
memegang cangkir yang sudah kosong. Sepertinya ia habis membaca buku di
perpustakaan sambil minum teh atau kopi. Aku baru sadar ternyata Robin dan Usop
melihatku dengan sangat heran.
“Ehm, maksudku, biasanya Sanji yang akan
memanggil kita duluan untuk makan, Bukan?” kataku mengalihkan. Robin hanya
tersenyum simpul dan berkata “Ayo” dengan lembut. Usop pun selesai membereskan
alat pancingnya dan bergegas mengikuti Robin. Namun, sebelum masuk ke ruang
makan, Usop berteriak keras sambil menghadap ke ruang pengintai di atas.
“Oiii Zoro!! Makan dulu, nanti lanjut latihan
lagi!!” Whattttt???? Hatiku dag dig dug setelah nama Zoro disebut. Zoro?
Roronoa Zoro? Si babang Zoro yang sangat ku idolakan itu? Ia ada di atas
sana??? Apa aku siap untuk bertemu dengannya? Aku harus apa? Aku harus apaaaaa?
Kemudian otakku jadi tumpul. Karakter idolaku di One Piece yang biasa kulihat
di kertas atau di layar Laptop ini sekarang benar-benar ada dihadapanku. Aku
harus apa?
“Ya, nanti aku turun… 4993, 4994, 4995…” Suara berat
khas Zoro lewat mikrofon yang sepertinya sedang angkat beban itu terdengar
sampai menggetarkan seluruh tubuhku. Kyaaaaaa…. Aku sangat merasa mukaku
merona. Dia pasti akan turun di angka 5000 angkat bebannya. Tiba-tiba aku jadi
sangat malu dan berlari cepat menyusul usop dan Robin. Baru saja akan masuk ke
ruang terdengar bunyi yang sangat gaduh
dari dalam dan…
“Sudah ku bilang berapa kali, jangan mengambil
daging milik Robin ataupun Nami, dasar kapten bodoh!!!” Sanji terlihat sedang
memegang penggorengan beserta spatula berlari – lari mengejar si pelahap
daging, tentu saja kapten kita semua, tokoh utama dari dunia One Piece ini.
“Kembalikan, Luffy!!!!!” Sanji tetap mengejar
meski Luffy sudah memakan setengah daging porsi besar, entah milik siapa. Tapi
aku yakin, Daging milik luffy pasti sudah habis oleh luffy sendiri. Aku melihat
Luffy sambil tertawa. Di mulutnya ada daging yang tinggal setengah, sambil
berlari, ia makan dan tertawa terbahak-bahak, “Ini sangat enak, Sanji!!” Ia
masih saja sempat memuji koki mesumnya itu. “Bodoh! Hari ini sengaja ku buatkan
daging dengan bumbu istimewa untuk merayakan ulang tahun Nami, dan yang kau
ambil adalah daging milik Nami yang sedang ulang tahun. Sengaja ku pilihkan
daging yang paling bagus untuknya!” Sanji masih saja mengejar sambil terus
mengomel. Ia tidak sadar bahwa Aku, eh, maksudku aku yang sedang menjadi Nami
mendengar kata-katanya dan tentu saja sebagai wanita aku sangat terharu. Robin
dan Usop terlihat keluar kembali dari ruangan sambil tertawa melihat kapten dan
koki meributkan daging. Kemudian ku lihat ada Chopper dengan versi kawainya
juga ikut terlihat tertawa.
“Dhuarrr!!! Dhuarrr!!! Peet Peeettttttt!!!!”
tiba2 entah dari mana kertas party popper dan suara terompet memekakan
telingaku. “Selamat Ulang Tahun, Nami!!! Zuuuppppaaaaaa!!!” Franky tiba-tiba
saja sudah berada di belakangku sambil memegang terompet. Kemudian terdengar
suara biola mendendangkan lagu ‘Happy Bhirthday to you’ dengan sangat indahnya
membuatku berkaca-kaca. Di ujung dek kapal, si tengkorak brook sedang memainkan
biolanya.
Sungguh, aku menangis bukan karena merasa
sedang ulang tahun. Melainkan, jika aku memang benar-benar menjadi Nami, atau
menjadi bagian dari mereka, apakah semua ini akan berakhir?
“Hei, Kalian!! Berisik sekali! Ada apa sih di
sini?” Betul saja. Suara itu. Si hijau tukang nyasar yang doyan sake. Dia
terlihat berdiri kurang lebih 7 meter di depanku setelah sebelumnya loncat dari
ruang navigasi di atas. “Babang Zoro….” Aku benar-benar sudah tidak dapat
menahannya lagi. “Hah??” kulihat si babang mengernyitkan dahinya setelah
kupanggil ‘Babang’. Aku berkaca-kaca dan berlari ke arah babang Zoro. Aku
membuka kedua tanganku bersiap memeluknya. Tapi apalah daya, tiba2 datang
Jinbei di depanku memasukkan ikan ke dalam mulutku.
“Makan buruan! keburu imsak” suara jinbei
seperti suara mamakku. Benar saja. Setelah tragedi yang Jinbei lakukan padaku,
tiba2 dalam satu detik aku terlempar dari Sunny Go ke kamar tidurku. Ku lihat
mamakku sedang memasukkan tempe goreng ke mulutku. “Dari tadi dibangunin saur
kaga bangun-bangun. 10 menit lagi imsak!!”