Sabtu, 29 Februari 2020

Jika Aku Menjadi Nami (One Piece)

Aku sedang dalam tidur yang lelap ketika aroma nan lezat mengusik tidurku. Seperti aroma daging panggang dengan bumbu sedapnya… hmmm? Bumbu apa ini? Kenapa tercium sangat lezat sekali? Aku belum pernah mencium aroma masakan sesedap ini. Aku mulai perlahan membuka mataku. Udara segar masuk lewat jendela bulat yang terbuka, semilir angin laut menerpa wajahku, rambut panjang orenku berkibar. Dan sepertinya, badanku sedikit merasa kedinginan.

Tunggu dulu! Apa? Aku berhenti sejenak dan menatap lekat-lekat sekelilingku. Ku yakinkan bahwa aku sedang tidak bermimpi. Aku yakin di luar jendela itu adalah laut yang sangat luas. Laut? Angin berhembus kembali menerpa wajahku. Rambut Oren? Aku memegangi rambut panjangku yang sangat harum dan berwarna oren jeruk, sangat indah… Tapi? Apaaaaaa?????? Rambutku kan warna hitam! Aku spontan berdiri dan terkaget melihat cermin di sudut kamar. Ku lihat berkali kali Antara cermin dan badanku. Aku… aku… mengelus-elus wajahku sambil berkenyit heran, kenapa aku terlihat seperti Nami??!!! Dari wajah, rambut hingga ujung kaki. Nami One Piece yang selama ini ku ikuti manga maupun animenya. Kenapa bangun tidur aku menjadi Nami? Dan… aku melihat sekeliling dengan takut-takut. Ternyata ini benar-benar suatu ruangan di dalam kapal, lebih tepatnya kamar perempuan. Padahal tadi malam aku masih ingat tidur di dalam kamarku di rumah dengan memakai kaos singlet dan celana pendek serta selimut. Saat ini aku hanya memakai setelan Bra dan celana jeans Nami. Pantas saja aku merasa kedinginan. Aku masih tidak paham pada situasi ini. Aku segera membuka kabinet besar dan lemari-lemari yang ada di ruangan itu, berharap ada baju yang lebih menghangatkan. Dan wah, ternyata baju Nami banyak juga, tapi tetap lebih banyak bra-nya. Gyaaa… baju-bajunya sangat seksi-seksi sekali… akhirnya, kupilih baju di tumpukan paling bawah. Baju putih bergaris biru, baju saat Nami pertama kali debut dulu. Yaa.. lumayan lebih hangat ketimbang sebelumnya.

“Sanjieeee…..!!! apa dagingnya sudah bisa ku makan sekarang???” suara teriakan keras di sertai langkah berlari tak karuan terdengar dari luar. Aku terkaget sampai terjatuh ke lantai. Aku sangat mengenal suara itu. Aku menutup mulut, pikiranku mulai menyatu. Tapi aku masih ragu dengan pikiranku sendiri. Rasa penasaranku membawaku melangkah menuju pintu. Ku buka perlahan. Dan…. Mataku benar-benar tak berkedip melihat pemandangan di luar ruangan. Aku sedang berada di dalam kapal laut yang persis seperti Thousand Sunny. Geladak kapal berumput, ada ayunan dan luncuran, di atasnya lagi ku lihat ada pohon jeruk milik Nami dan Kasur bunga Robin.

Aku berjalan perlahan keluar. Masih belum ada orang yang ku lihat. Sempat terpikirkan ini pasti super trap, tapi rasanya sangat tidak mungkin. Mana mungkin mereka membawaku yang sedang tidur ke tengah-tengah laut begini? Dan lagipula… siapa yang mau melakukan hal konyol seperti itu. Aku tiba-tiba tersenyum sendiri. Mataku masih berbinar-binar. Apakah aku sedang naik thousand sunny yang berada di Jepang itu? Ah, bagaimana aku bisa sampai Jepang? Pikiranku masih kalang kabut.
“Oi Nami, ngapain bengong begitu?” suara malas itu! Aku menoleh ke arah datangnya suara. Usop! Si Sogeking dengan santainya duduk di pinggir dek kapal sambil menguap. Ia menoleh ke arahku lagi dengan malas. “Ada apa?” tanyanya sambil menatapku bingung. Ah, aku lupa kalau aku ini kan berwujud Nami. Apakah aku harus bertanya? Atau tetap berpura-pura saja menjadi Nami? Aku jadi sangat bingung. Apakah aku sedang ada di dunia One Piece atau bagaimana ini? Usop yang di depanku 100% sangat mirip usop di manga ataupun anime. Atau dia cosplayer? Tapi untuk apa? Ah, aku tambah bingung.

“Nami, apa kau sedang sakit? Wajahmu sedikit pucat” tiba-tiba ada sesuatu menyentuh dahiku. Sedikit keras namun terhalang oleh sesuatu empuk berbulu halus. Aku terkaget melihat seekor hewan bisa berbicara dan memegangi dahiku. Chopper! Si Rusa berhidung biru itu, dia sedang dalam mode heavy point. Dia memandangiku heran. Aku masih melotot dengan mulut terbuka. “Apa aku mengagetkanmu? Maaf aku belum kembali ke wujud asalku karena habis membantu franky mengangkat kayu di bawah. Aku akan mandi dulu sebelum makan siang nanti. Dan sepertinya kau baik-baik saja, Nami. Mungkin kau hanya belum berdandan saja. Hehe” Chopper kemudian berbalik badan dan masuk ke ruangan di atas. Usop sedang terlihat sibuk mengaitkan umpan di kailnya. Aku berjalan ke geladak sambil terus memperhatikan sekitar. Ini benar-benar Sunny Go. Kayunya sangat bagus dan kokoh. Aku masih tak percaya bahwa aku sedang berada di dunia One Piece. Dan menjadi Nami. Oh ya, aku belum pernah mengatakan sesuatu apapun. Apakah suaraku juga seperti Nami?

“Bakka…” kataku pelan. Ah, suara itu, suara Nami. Aku benar-benar seorang Nami. “Kono Yarou… Bakka Yarou… hihi” aku tertawa sendiri mengucapkannya. Sepetinya lumayan menyenangkan juga.

“Nami, ayo kita ke ruang makan. Sepertinya sebentar lagi Sanji selesai memasak” Suara wanita nan lembut itu… siapa lagi kalau bukan.. “Robin Cwaaannnnnnnn~” aku teriak terpesona seperti Sanji di anime. Aku benar-benar terpesona melihatnya. Ia berdiri dengan cantiknya sambil memegang cangkir yang sudah kosong. Sepertinya ia habis membaca buku di perpustakaan sambil minum teh atau kopi. Aku baru sadar ternyata Robin dan Usop melihatku dengan sangat heran.

“Ehm, maksudku, biasanya Sanji yang akan memanggil kita duluan untuk makan, Bukan?” kataku mengalihkan. Robin hanya tersenyum simpul dan berkata “Ayo” dengan lembut. Usop pun selesai membereskan alat pancingnya dan bergegas mengikuti Robin. Namun, sebelum masuk ke ruang makan, Usop berteriak keras sambil menghadap ke ruang pengintai di atas.

“Oiii Zoro!! Makan dulu, nanti lanjut latihan lagi!!” Whattttt???? Hatiku dag dig dug setelah nama Zoro disebut. Zoro? Roronoa Zoro? Si babang Zoro yang sangat ku idolakan itu? Ia ada di atas sana??? Apa aku siap untuk bertemu dengannya? Aku harus apa? Aku harus apaaaaa? Kemudian otakku jadi tumpul. Karakter idolaku di One Piece yang biasa kulihat di kertas atau di layar Laptop ini sekarang benar-benar ada dihadapanku. Aku harus apa?

“Ya, nanti aku turun… 4993, 4994, 4995…” Suara berat khas Zoro lewat mikrofon yang sepertinya sedang angkat beban itu terdengar sampai menggetarkan seluruh tubuhku. Kyaaaaaa…. Aku sangat merasa mukaku merona. Dia pasti akan turun di angka 5000 angkat bebannya. Tiba-tiba aku jadi sangat malu dan berlari cepat menyusul usop dan Robin. Baru saja akan masuk ke ruang  terdengar bunyi yang sangat gaduh dari dalam dan…

“Sudah ku bilang berapa kali, jangan mengambil daging milik Robin ataupun Nami, dasar kapten bodoh!!!” Sanji terlihat sedang memegang penggorengan beserta spatula berlari – lari mengejar si pelahap daging, tentu saja kapten kita semua, tokoh utama dari dunia One Piece ini.

“Kembalikan, Luffy!!!!!” Sanji tetap mengejar meski Luffy sudah memakan setengah daging porsi besar, entah milik siapa. Tapi aku yakin, Daging milik luffy pasti sudah habis oleh luffy sendiri. Aku melihat Luffy sambil tertawa. Di mulutnya ada daging yang tinggal setengah, sambil berlari, ia makan dan tertawa terbahak-bahak, “Ini sangat enak, Sanji!!” Ia masih saja sempat memuji koki mesumnya itu. “Bodoh! Hari ini sengaja ku buatkan daging dengan bumbu istimewa untuk merayakan ulang tahun Nami, dan yang kau ambil adalah daging milik Nami yang sedang ulang tahun. Sengaja ku pilihkan daging yang paling bagus untuknya!” Sanji masih saja mengejar sambil terus mengomel. Ia tidak sadar bahwa Aku, eh, maksudku aku yang sedang menjadi Nami mendengar kata-katanya dan tentu saja sebagai wanita aku sangat terharu. Robin dan Usop terlihat keluar kembali dari ruangan sambil tertawa melihat kapten dan koki meributkan daging. Kemudian ku lihat ada Chopper dengan versi kawainya juga ikut terlihat tertawa.

“Dhuarrr!!! Dhuarrr!!! Peet Peeettttttt!!!!” tiba2 entah dari mana kertas party popper dan suara terompet memekakan telingaku. “Selamat Ulang Tahun, Nami!!! Zuuuppppaaaaaa!!!” Franky tiba-tiba saja sudah berada di belakangku sambil memegang terompet. Kemudian terdengar suara biola mendendangkan lagu ‘Happy Bhirthday to you’ dengan sangat indahnya membuatku berkaca-kaca. Di ujung dek kapal, si tengkorak brook sedang memainkan biolanya.

Sungguh, aku menangis bukan karena merasa sedang ulang tahun. Melainkan, jika aku memang benar-benar menjadi Nami, atau menjadi bagian dari mereka, apakah semua ini akan berakhir?

“Hei, Kalian!! Berisik sekali! Ada apa sih di sini?” Betul saja. Suara itu. Si hijau tukang nyasar yang doyan sake. Dia terlihat berdiri kurang lebih 7 meter di depanku setelah sebelumnya loncat dari ruang navigasi di atas. “Babang Zoro….” Aku benar-benar sudah tidak dapat menahannya lagi. “Hah??” kulihat si babang mengernyitkan dahinya setelah kupanggil ‘Babang’. Aku berkaca-kaca dan berlari ke arah babang Zoro. Aku membuka kedua tanganku bersiap memeluknya. Tapi apalah daya, tiba2 datang Jinbei di depanku memasukkan ikan ke dalam mulutku.

“Makan buruan! keburu imsak” suara jinbei seperti suara mamakku. Benar saja. Setelah tragedi yang Jinbei lakukan padaku, tiba2 dalam satu detik aku terlempar dari Sunny Go ke kamar tidurku. Ku lihat mamakku sedang memasukkan tempe goreng ke mulutku. “Dari tadi dibangunin saur kaga bangun-bangun. 10 menit lagi imsak!!”

THE END