Selasa, 22 Maret 2016

Malam, Jikustik, Puisi dalam Puisi

Puisi

Pada suatu ketika, aku menemukan sebuah lagu,
 lagu jadul nan merdu.
 Dari jikustik yang sering kudengar saat SMP dahulu.
mengingatkanku, sebuah kisah syahdu...
seonggok kenangan masa lalu,
 dibungkus dalam puisi rindu.


Mungkin semua puisiku dibuang,
mungkin semua puisiku hilang,
mungkin semua puisiku terbang,
oh... puisiku malang

Kau abaikan
membaca pun sungkan
Kau tinggalkan
membalas pun enggan

Ribuan puisi yang ku layangkan
Melayang layang,
Di langit kenangan.

Ah, sudahlah, Wal..
Jangan kau sesali dari awal
Semoga menjadi pelipur
merenungi penuh syukur.

Jakarta, 22 maret 2016,
sedang baper-bapernya, ditemani lagu 'untuk dikenang' jikustik.


Untuk dikenang

Ingat aku, saat kau lewati
Jalan ini, setapak berbatu
Kenang aku, bila kau dengarkan
Lagu ini, terlantun perlahan

Reff:
Barisan puisi ini
Adalah yang aku punya
Mungkin akan kau lupakan
Atau untuk dikenang

Ingat aku bila kau terasing
Dalam gelap keramaian kota

Reff:
Tulisan dariku ini
Mencoba mengabadikan
Mungkin akan kau lupakan
Atau untuk dikenang

Doakanlah aku malam ini
Sebelum kau, mengarungi malam

thanks to: Jikustik, mas Pongky, Malam, Puisi, Kenangan dan kamu 👉





Kamis, 17 Maret 2016

Kopi






KOPI

Pada hujan kali ini,
ada aroma kopi hitam
di hariku yang suram
di hatiku yang muram

Pada hujan kali ini,
ada secangkir kopi hangat
bagai rindu yang tersirat
kian lama kian pekat

Pada hujan kali ini,
ada kopi yang teracuhkan
merasa terabaikan
teronggok kasihan

Pada hujan kali ini,
ampas kopi telah mengering
membekas di tepian piring
seperti kenangan yang berkeping-keping

Duhai...
apalah arti rindu yang kau celupkan
pada secangkir kopi
apalah arti bersama yang kau katakan
di depan secangkir kopi
apalah arti menunggu jika dingin menyelimuti
hangatnya kopi

Pada hujan kali ini,
ada jejakmu yang tertinggal
rindumu yang tercecer
dan cintaku yang mengalir

Hujan hanya membisu
Mengalunkan syair rintik merdu
Untuk engkau yang ku rindu
Kapankah engkau melihatku?

Jakarta, 17 Maret 2016
Untuk hujan dan kopi
yang selalu menginspirasi

by. Syawaliyah Faisal ^^


Kamis, 10 Maret 2016

Beberapa Tips Jawaban Jika Ada yang Mengejek Kenapa Kita Sangat Tergila-gila dengan Anime

Semua pecinta anime ataupun manga pasti selalu bertemu dengan pertanyaan-pertanyaan seperti:  “Apa asiknya sih nonton begituan?”, “Yaelah, gambar-gambar gak jelas aja ditonton”, “Udah gede masih aja nonton begituan”, “Heran gua, nonton begituan aja ampe pada nangis-nangis” dan sejenisnya. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu terlontar dari keluarga, sahabat, teman dekat, atau paling parah para haters-nya anime. Sebagai seorang animelovers tentu kita akan berusaha mati-matian menjelaskan betapa kerennya ‘anime’ itu. dan memang sudah wajar jika orang-orang tidak mengerti apa yang kita jelaskan, karena menyukai sesuatu tidaklah mudah. Perlu waktu untuk menyukai suatu hal, jadi sabar saja ya jika ada orang yang mengejek kamu tentang anime yang kamu tonton.
Tapi tulisan ini tidak berlaku bila kita berpikiran masa bodo dengan orang-orang yang mau berbicara jelek tentang anime, toh mereka tidak mengerti apa-apa, jadi biarlah orang berkata apa~ kemudian kita hanya menjawab, “anime tuh seru tau!!” tanpa penjelasan.
Sebenarnya semuanya akan berhasil jika sudah ada chemistry, kecocokan antara anime dan lovers-nya. Jadi, usahakan agar teman-teman kita ikut menonton juga animenya. Dan baiklah, ini  beberapa tips saat kamu ditanya (atau lebih tepatnya diejek) kenapa tergila-gila sama anime:
·         “Ayo ikut nonton, gua gak bisa jelasin kalo lu gak nonton dulu”. Ini jawaban ‘cari aman’ untuk animelovers yang susah atau malas menjelaskan pertanyaan sejenis di atas. Dengan mengajak menontonnya terlebih dahulu, dia akan tahu bagaimana jalannya cerita dan kalau bisa kalian juga menjelaskan bagian-bagian serunya, dan terutama pesan moralnya. Jadi tidak perlu banyak cincong untuk menjelaskannya. Salah satu teman saya yang tadinya tidak suka anime, suka film yang penuh darah-darah, gore, lalu saya taruh saja di flashdisknya anime Shingeki no Kyojin. Pada akhirnya dia menonton SNK khatam dalam waktu semalam.

·         “Di anime itu daya imajinasinya tinggi, bagus loh buat otak”. Atau kalau kalian sudah kesal dengan ejekan mereka, bisa ditambah, “mungkin daya imajinasi kalian beda dengan daya imajinasi gua” (tapi jangan deh ya, kesannya terlalu kasar). Memang benar adanya, anime mempunyai daya imajinasi yang tinggi, para mangaka hebatlah yang membuatnya. Membuat cerita sedemikian bagusnya dalam kemasan anime. Ditambah lagi dengan menggambar karakter beserta lainnya sangatlah membutuhkan banyak pemikiran. Kalau di film, karakter bisa dicari lewat aktor dan aktris, setting latar bisa dicari. Namun di anime butuh pemikiran lagi untuk (benar-benar) menggambarkan semuanya, setting latar, wujud si karakter beserta dubber yang sesuai.

·         “Membuat anime itu sulit, jadi belajarlah menghargai hasil karya orang lain”. Ini berlaku pada semua karya. Semuanya pasti ada proses panjangnya. Kasih anime bakuman kalau dia tidak percaya. Dan hati-hati juga dengan jawaban ini karena berarti kamu juga harus konsisten dengan ucapanmu. Jangan menjelek-jelekkan sesuatu tanpa kamu cari tahu dulu asal-usulnya. Tiap sesuatunya itu ada positif dan negatifnya. So, jangan mengejek hanya karena melihat luarnya tanpa mengetahui prosesnya.

·         “Banyak pelajaran, pesan moral, hikmah (dan apalah itu sejenisnya) di dalam anime”. Jika kamu sudah berkata seperti ini, teruskan penjelasannya. Usahakan dengan bahasa yang sopan karena yang namanya pesan moral adalah sesuatu yang baik. Berilah contoh, misalnya kamu lagi nonton one piece, “di one piece diajarin tentang menghargai perbedaan ras loh (episode luffy di beri donor darah oleh jinbei), kepemimpinan (episode Arabasta, ceritakan perjuangan Vivi), kepedihan di masa lalu yang akan mendewasakan seseorang (ceritakan semua masa kecil kru topi jerami), dll”. Poin pesan moral ini akan ada pembahasannya sendiri di artikel berikutnya, tunggu saja yaa.

·         “Yaa.. namanya juga hobi, Sob, lu juga suka sama K-pop kan? Tapi gua biasa aja (gak mengejek) walau gak suka”. Sebelumnya, yang suka K-pop jangan marah dulu, ini hanya contoh karena haters-nya K-pop juga banyak, sekali lagi ini hanya contoh ya (aslinya saya juga suka K-pop, kok. Berasa senasib aja anime dan K-pop banyak hatersnya). Nah, untuk jawaban ini, kamu tinggal balikin lagi apa hobi si pengejek yang kamu gak suka banget, tapi inget, jangan balik ngejek juga ya… jangan biasakan balas dendam.

·         “Selera orang berbeda-beda, Bro…” ini adalah jawaban singkat jika memang si pengajak susah bersatu dengan kita, bawaannya maunya ngejeeeeek terus. Berkaitan juga sih dengan poin sebelumnya, karena hobi menentukan selera, maka jika beda hobi otomatis beda selera juga.


Jika dalam poin-poin di atas belum bisa mengubah ejekan-ejekan mereka, percayalah, dimanapun kapanpun apapun itu pasti ada saja yang tidak suka. Jadi jangan paksa mereka untuk menyukai anime. So, sabar saja yaa… ini jawabanku, apa jawabanmu? Semoga tulisan ini bermanfaat.

More Than Word, Gara-gara Si 'Bang Tere'

Entah sudah beberapa tahun berlalu, saya yang sangat ngefans dengan Tere Liye mencoba mengumpulkan quotesnya dalam sebuah buku. Tapi kata bang Tere (sebutan sayang :p ) tidak boleh diterbitkan. Dan, inilah hasil kegilaan saya gara-gara sering membaca novel-novel beliau:

ingat ya, ini cuma iseng2, tidak diperjual belikan, ini milik saya pribadi, pribadi saya yang gila dimabuk fiksi-fiksi penuh gaya bahasa yang memabukkan. beberapa quotes bang Tere di dalamnya:

KEHIDUPAN DAN PEMAHAMAN

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.”

*Hakikat belajar

Orang dewasa, saat ditanya, kenapa kita belajar menulis? Ka- lau jawabannya: agar bisa menerbitkan buku. Maka itu benar2 membelokkan tujuan mulia dari menulis. Saat ditanya, kenapa kita belajar memasak? Kalau jawabannya: agar bisa jadi master cheft, punya restoran mahal, maka itu juga benar2 membelokkan tujuan mulia dari memasak. Orang dewasa, saat ditanya, kenapa sekolah tinggi2? Kalau jawabannya: agar bisa kaya raya, berkuasa, maka itu benar2 membelokkan tujuan mulia dari mencari ilmu. Anak-anak, saat ditanya, kenapa kita belajar naik sepeda? Ti- dak ada anak-anak yg akan menjawabnya, agar bisa jadi pembal- ap sepeda, bisa ikut tour de france. Kebanyakan akan menjawab karena senang saja, karena ingin bermain sepede bersama teman yang lain. Simpel, tapi menjelaskan tujuan yang mulia. Juga saat belajar main bola, berenang, anak2 akan menjawabnya sederha- na. Atau bilang ingin seperti Om Messi, Om Ronaldo, tapi maksud mereka main bolanya seperti dua Om itu, bukan gaya hidup, kaya raya--orang dewasalah yang kadang menakjubkan begitu jauh mikirnya. Kenapa kita lupa betapa sederhananya waktu dulu kita jadi anak-anak? Kita belajar merangkak, buat apa? Kita belajar ber- jalan, buat apa? Kita belajar berlari, buat apa? Kita lakukan saja, dengan senang hati. Dan berhasil semua. Tidak ada yang gagal be- lajar waktu kecil, bukan? Mayoritas sukses semua. Itu benar, kita kadang digoda dengan cokelat, mainan oleh orang tua, dan kita tertawa patah-patah melangkahkan kaki mendekat, tapi mana ada anak kecil yang perhitungan sekali saat belajar. Saya tidak tahu, pada detik ke berapa kita mulai punya pema- haman yang terbalik soal proses belajar ini. Entahlah. Siapa yang memulainya, siapa yang menanamkannya. Karena menurut he- mat saya, akan indah sekali, saat semua orang belajar menulis, misalnya, dia simply hanya ingin menulis, dan terus, terus, terus menulis. Kesuksesan akan datang sendiri. Buku2 akan terbit. Dan berbagai milestone lainnya. Kenapa kita belajar tinggi2 untuk jadi dokter? Akan sangat indah saat orang2 hanya ingin menjadi dok- ter yang baik, membantu banyak orang. Kesuksesan akan datang sendiri. Kaya, terkenal. Bahkan saat kita tolak semua materi terse- but, kita menjauh, urusan duniawi itu tetap mendekat-

Ini kesekian kali saya menulis tentang hakikat proses belajar. Maka semoga satu-dua saja paham, mulai memutuskan menyukai sekolahnya, kuliahnya, sebenar-benarnya karena ingin mencari ilmu, itu sudah sebuah langkah awal dari sebuah proses panjang yang menyenangkan. Se-aneh apapun pilihan jurusan kita, setidak terkenal, dianggap remeh, kita tetap bisa menjadi yang terbaik jika tujuannya memang belajar dan menjadi terbaik di bidang itu. Lakukan dengan riang, lakukan tanpa beban, dan kita lihat hasil- nya. Pegang tulisan ini, dan silahkan cerita 10-20 tahun lagi. Apak- .ah rumus ini keliru atau benar 

*Terlalu nge-judge

Teman saya, kita sebut saja namanya adalah Bambang, se- benarnya baik. Hanya satu masalahnya, terlalu mudah menilai orang lain, nge-judge, tanpa dipikirkan dua kali, apakah dia me- mang pantas melakukannya, apakah itu sopan atau tidak. Apakah dia layak atau tidak melakukannya. Bambang tidak peduli, naman- ya juga hobi dia. Nah, pada suatu hari si Bambang yang adalah pegawai di salah- satu perusahaan swasta itu mengunjungi salah seorang seniornya di kantor, tidak terlalu dekat memang, tapi karena si senior ini termasuk atasan penting, juga dikenal baik, maka berangkatlah si Bambang bersama teman2 sekantornya untuk ikut berbelasung- kawa. Si senior ini lagi kena kemalangan, rumahnya dirampok orang, istri dan anak2nya yang diikat semalam trauma. Harta ben- da hilang, mobil dibawa pergi. Ada banyak orang yg berkunjung, bilang simpati, termasuk petugas yang sibuk bekerja. Saat giliran teman2 kantor bertemu, bilang ikut sedih atas kejadian tersebut, maka si Bambang seperti biasa, cepat sekali menilai orang lain, dia menjabat tangan seniornya, kemudian berkata mantap, “Semoga ada hikmahnya ya, Mas. Mungkin ini agar Mas lain kali lebih ban- yak sedekah, berinfaq. Tidak kikir dengan orang2 yang membu- tuhkan.” Santai sekali si Bambang ini berkata, saking santainya, dia tidak tahu kalau teman2 lain yang tahu persis justeru mena- han nafas. Syukurlah seniornya hanya mengangguk, tersenyum tipis. Tidak tersinggung. Sepulang dari rumah si senior, dalam perjalanan kembali ke kantor, salah-satu teman kerja Bambang berkata pelan, “Eh, Mbang, bulan lalu pas anak ente masuk rumah sakit kan biay- anya melebihi tanggungan perusahaan kan ya?” Bambang nyen- gir, ngangguk, “Iya tuh. Gue harus bayar hampir xx juta, ngabisin tabungan. Gue udah pusing sekali, cari duitnya, syukur ada orang yang mau bantu.” Teman kerjanya kemudian menatap Bambang lamat2, “Lu tahu nggak siapa yang bantu?” Bambang menggeleng- -karena dia memang tidak tahu, tiba2 tagihan rumah sakit sudah lunas. Dan teman si Bambang berkata prihatin, “Yang bantu lu itu senior kita tadi. Yang lu bilang agar lebih banyak sedekah, berin- faq. Tidak kikir. Dialah yang ngelunasin tagihan rumah sakit anak lu.

Di dunia ini, adalah tabiat kita mudah sekali menilai, nge- judge orang lain. Dan sayangnya, kita bahkan langsung dengan telak menuduh orang lain persis di hadapan banyak orang. Si Bambang ringan tangan sekali nge-judge orang lain jangan kikir. Atau dalam kasus lain, orang2 ringan sekali bilang “Makanya dong jadi orang yang sabar, coba tiru Rasul Allah, sabar banget, kan.”, tega sekali membawa2 pembanding yang tidak ada bandingan- nya, padahal kita sama sekali tidak tahu seberapa besar dia sudah mencoba bersabar. Atau “Anda ini sepertinya memang tidak mau mendengarkan orang lain, ya. Tidak demokratis.” Padahal kita ti- dak tahu sama sekali orang yang kita nilai tersebut bahkan bisa masuk dalam daftar 1.000 orang paling mendengarkan yang per- nah ada. Nge-judge sana, nge-judge sini. Bahkan saat kita tidak kenal dengannya, baru pertama kali berinteraksi, tumpah ruah kali- mat2 menilai orang lain. Lupa kalau orang yang kita ajak bicara lebih tua, lebih banyak makan asam garam kehidupan. Lupa kalau orang yang kita judge lebih tahu. Pun termasuk di dunia maya ini, berserakan kebiasaan buruk tersebut. Maka, my dear anggota page, jangan jadi si Bambang. Saya in- gat sekali nasehat orang tua, sbb: Bahwa orang2 yang sibuk meni- lai orang lain, maka dia akan lupa untuk mulai bersegera menilai diri sendiri. Orang2 yang sibuk nge-judge orang lain, maka dia akan lupa, kelak pada hari penghabisan, dirinyalah yang akan di- judge setiap jengkalnya. 
 .Mungkin baik sekali direfleksikan, dipikirkan 

*Balada si Bambang 

Namanya Bambang, usianya sih sudah 24 tahun. Setahun lagi persis seperempat abad usianya. Sudah matang, sudah dewasa. Eh, dewasa? Tunggu dulu, karena itulah kenapa tulisan ini dibuat. Saya hendak berbagi cerita yg saya kasih judul “balada si Bam- bang”. Namanya Bambang, pertama2 mari kita lihat profile face- booknya. Dia menulis nama akunnya: “Bambang Radjatampan Yg Celalu Ceti4”. Ajaib sekali. Masa’ iya? Mana mungkin? Umur 24 ta- hun masih eror begitu? Kata siapa mana mungkin, bahkan itu leb- ih oke dibanding nama profile sebelumnya yang “Bambang Buj4ng yg ngg4k Suk4 Jheruugg maka4n jheruggg”. Kemudian, tidak cu- kup dgn nama profile aneh begitu, didaftarlah biodatanya, peker- jaan: Direktur PT Alam Lain, sekolah: Harvat University (lupa dia kalau di luar negeri, bule2 nyebutnya Harvard). Tinggal di London, bergaya banget deh si Bambang ini meski sebenarnya melihat mo- nas saja lewat tipi. Lantas, belum cukup menyiksa orang dengan data ajaib tersebut, dia masukkan foto profile paling gaya--menu- rutnya sih, paling oke. Sambil duduk, tsaaa.... Atau sambil megang rambut, tsaaa.... Kemudian, cover untuk profile facebooknya dia taruhlah simbol2 keren aliran metal, atau klub bola atau apa saja yg menurut dia bakal bikin orang lain terpesona. Kedua2, lantas apa pekerjaan Bambang ini sehari2? Pengangguran. Kalaupun sekolah/kuliah, nggak jelas kapan dia kuliahnya, kapan dia mau selesai kuliahnya. Lebih sering nongkrongin face- book, dunia maya dibanding kelas di kampus. Jadi apa pekerjaan- nya? Sebagian besar sih internetan. Kalau dia sedang selancar di website berita, maka apapun beritanya, dia komen, dan semangat sekali kalau bisa ngajak bertengkar orang lain. Kalau sedang di facebook, maka sibuk cari2 perhatian. Lihat profile cewek dengan jidat mulus dikit, langsung add. Sok gahul dengan modal kosakat alay semi garing, “Koq Qmu c4ntik bget cih”. Maka kalau pancin- gannya tepat, karena tentulah di sisi satunya juga ada, balada si “Cabi3 ch4ntiq Cameron”, langsung deh saling bergenit ria. Kece- wa, karena tahu sama tahu kalau sama2 masang foto palsu, atau bosan, nggak ada tanggapannya, nggak ada kemajuan, ganti lagi ke tempat lain. Di luar internetan, apa sih sebenarnya pekerjaan si Bam- bang ini? Bukankah kalau ada berita agama, dia berubah jadi kayak ulama besar, ikutan komen, bahkan bisa menentukan benar salah pendapat orang lain? Kalau ada berita politik, bukankah dia berubah jadi politikus ulung? Soal harga BBM, berubah jadi kayak jebolan doktor ekonomi? atau soal berita gosip artis, lang- sung berubah kayak wartawan infotainment yang nyinyir ke- mana2. Soal korupsi, dia jadi orang pertama yang nge-bully, tapi sebenarnya kalau ada kesempatan korup, dia juga yang pertama mengambilnya. Tidak ada pekerjaannya si Bambang ini. Dia hanya berkutat dengan keseharian yang itu2 saja. Beberapa bahkan me- nyusahkan orang tua, orang2 di sekitarnya. Secara materi--masih minta terus. Secara perasaan--capek mikirin mau jadi apa si Bam- bang ini.

Ketiga2, lantas apa yang dilakukan si Bambang dalam ke- hidupan nyata? Banyak. Kalau di jalanan, naik motor, maka dia berubah lebih tangguh dibanding Rossi, Stoner (sy sudah buatkan kisah tersendiri untuk ini). Selip sana, selip sini. Malam2 begadang tak tahu tujuan. Kongkow dengan sohib senasib--kalau punya te- man. Menghabiskan waktu dengan hidup bebas. Pemahamannya ya sesuai pemahaman sendiri2, tanggungjawab? Entahlah. Masa depan? Apa pentingnya masa depan. Maka jangan ditanya soal ke- bermanfaatan dan akhlak yang baik. Kita bisa diceramahi balik. Inilah balada si Bambang, kawan kita yang radjatampan celalu ceti4. Realita dunia maya dan dunia nyata hari ini. Ada di mana2 contohnya. Ada yang lebih ekstrem dari ini balada-nya. Ada yang sebelas-duabelas, tidak jauh2 beda. Ada yang kadarnya lebih ringan, punya pekerjaan, meski lebih sering korupsi waktu. Entahlah besok lusa apa akhir dari balada si Bambang ini. Apakah dia tetap jadi radjatampan, atau ganti nama lagi, meski itu tidak akan mudah, mengingat facebook sudah menerapkan aturan ketat merubah2 nama profile lagi. Nah, sebagai penutup, saya hendak bilang, bersyukurlah se- lalu kalau kita punya orang tua yang selalu mengingatkan. Punya teman yang selalu peduli. Guru2 yang perhatian, orang dewasa di sekitar yang menjadi teladan baik. Bersyukurlah. Banyak2lah membaca buku yang baik, memperhatikan sekitar. Jadikan kehidu- pan ini tempat belajar terbaik. Cari teman2 yang baik, lingkungan yang mendukung, lantas bikin tembok tangguh untuk mencegah  pengaruh buruk. Kitalah yang akan menjalani hidup ini, dan kital- ah yang paling tahu bahagia atau tidaknya. Adios.

Saya pikir, saya dulu sempat pernah menjadi si Bambang. hihi :D
Tapi seiring berjalannya waktu, pemahaman itu muncul dengan sendirinya lewat kehidupan yang penuh liku dan hikmah ini. Sekian. Semoga bermanfaat.


Cinta Pertama di Kampus: Kamus Linguistik Arab >< Indonesia

Teringat suatu perjuangan, saat sedang cinta-cintanya dengan linguistik Arab. Dimana sering nginep dan begadang di kos teman, mengetik manual dari kamus ke kamus, tak ada satu copy paste pun, semua ketik manual. Alhamdulilah, dengan segala RahmatNya, jadilah hasil begadang kami:


Sedikit saya beri gambaran ttg kamusnya:

A

Abjad حروف الهجاء (huru:f al-hija:i)
Kumpulan  tanda tulisan, disebut huruf , yang masing-masing menggambarkan satu bunyi atau lebih, dan biasanya mempunyai urutan tetap.
Abjad fonetis   أبجدية صوتية(abjadiyyah shautiyyah)
Abjad yang dipakai dalam transkripsi fonetis: mis. abjad IPA.
Abreviasi اختصار كتابي (Ikhtisha:r kita:bi)
Proses morfologis berupa penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata. Abreviasi ini menyangkut penyingkatan, pemenggalan, akronimi, kontraksi, lambang huruf. 
Absorpsi امتصاص (imtisha:sh)
Asimilasi yang mengakibatkan hilangnya sebuah fonem.
Adjektiva  صفة (Shifah)
Kata yang menerangkan kata benda.dalam BI adjektiva mempunyai ciri dapat bergabung dengan tidak dan partikel seperti lebih, sangat, dsb. Dalam Bahasa Inggris ditandai oleh kemampuannya untuk bergabung dengan –er, -est, atau more, most.
Adnominal واصف الاسم (wa:shif al-ism)
Kata atau kelompok kata yang menerang-kan nomina.
Adverb ظرف  (Zharf:)
Kata yang dipakai untuk memberikan verba adjektiva, proposisi, atau adverbia lain; mis. Sangat, lebih, tidak, dsb.
Adverbial ظرفي (Zharfi:)
Bentuk bahasa yang berfungsi sebagai adverbia tetapi tidak berinfleksi seperti adverbia biasa: bersifat atau berfungsi sebagai adverbia: mis. frasa adverbial.
Afiksasi   إضافة الزوائد (Idho:fah al-zawa:id)
Proses atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar, atau alas.
Akar  أصل (Ashl)
Dasar; unsur yang menjadi dasar pembentukan kata; mis. Graf dalam  grafik, grafikal, biografi, dsb; linguistik Austronesia. Inti kata yang mengandung makna inti dan menjadi dasar pembentukan kata; ciri-cirinya: pada umumnya monosilabis berpola KVK, kadang-kadang bervariasi, kadang-kadang bertukar fonemnya, dan ada yang berhomofoni dengan bentuk lain.
Akronim النحت (al-naht)
Kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang sesuai dengan kaidah fonotaktik bahasa yang bersangkutan; mis. Kami, abri, hankam, rudal (=peluru kendali).
Aksara خط (Khath)
1.Sistem tanda-tanda grafis yang dipakai manusia untuk berkomunikasi, dan yang sedikit banyaknya mewakili ujaran; 2. Jenis sistem tanda-tanda grafis tertentu, mis. aksara Pallawa.
Aksen  لهجة (lahjah)
1.tekanan; 2. Tanda diakritis; 3. Variasi bahasa yang berbeda daripada variasi standar, terutama dalam ucapan; lih.logat.
Akusatif  منصوب (Manshu:b) (Dalam Kasus)

Kasus yang menandai nomina atau yang sejenisnya sebagai objek langsung.

Terimakasih untuk Tarjamah Center, walau saya cuma numpang ISBN ;p Hingga saat ini, kamus ini belum ada yang mau menerbitkan. Semoga suatu hari nanti saya bisa menerbitkannya sendiri. Dan semoga jika saya diperkenankan sekolah lagi (S2), saya ingin sekali bertemu dengan cinta pertama saya di kampus ini, Linguistik Arab :)

Dan, ehm, saya sempat mengagumi seorang anak jurusan Sastra Arab. Saya sempat ingin memberinya buku ini (walau masih banyak kekurangan, tp semoga bermanfaat untuk dia), tapi tidak jadi karena tidak tahu harus berkata apa. Masa iya tiba-tiba saya kasih, kemungkinan besar sih dia sudah tidak kenal saya, wong cuma teman satu kelompok ospek dulu. Dan akhirnya selama 4 tahun saya kuliah, rasa ini tak pernah tersampaikan. Sampai akhirnya , dia yang memang pintar telah wisuda duluan. Meninggalkan saya bersama kamus dalam ketidaktahuannya. 

Saya sih nggak mau sebut 'cinta' untuk si dia. tapi, untuk kali ini, hanya di blog ini, buat nyambung2in judul jg sih sebenernya. :D cinta pertama di kampus, bisa jadi dia dan Linguistik Arab. (penting ga sih..? haha)